Minggu, 01 September 2013

Dimanfaatkan Atau Bermanfaat?




عن جابر قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : « المؤمن يألف ويؤلف ، ولا خير فيمن لا يألف ، ولا يؤلف، وخير الناس أنفعهم للناس »
Diriwayatkan dari Jabir berkata,”Rasulullah saw bersabda,’Orang beriman itu bersikap ramah dan tidak ada kebaikan bagi seorang yang tidak bersikap ramah. Dan sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia.” (HR. Thabrani dan Daruquthni)

Setiap manusia pasti membutuhkan orang lain. Karna manusia adalah mahkluk sosial.
Entah itu sesama jenis atau beda jenis semua saling membutuhkan.
Karna tak ad manusia yang sempurna.

Ketika seorang teman kerja anda atau teman lama anda yang buth bantuan anda dan pergi setelah tidak membutuhkan anda. Pasti anda akan merasa jengkel, marah, dll. Karena Anda merasa cuma dimanfaatkan saja atau dia datang kepada Anda kalau cuma lagi butuh saja. Hehehehe.

Atau seperti seorang wanita yang mungkin mempunyai pacar pria yang tajir atau mungkin smart.Namanya juga pacaran kita tidak tahu apa mereka serius menuju pernikahan atau hanya untuk senang-senang atau cuma numpang smart nya. Ya... manusiawi lah klo si wanita butuh si pria karna dia merasa ada didiri dia yang kurang sehingga dia mencari siapa yang bisa melengkapi. Tetapi terkadang ada ending yang tak menyenangkan. ketika si wanita sudah dapat apa yang dia inginkan dia terkadang meninggalkan si pria atau mengkinkarna pria yang sudah tidak bisa membantu dia maka si wanita akan mencari pria lain yang bisa membantu dia. Sakit hati buat si pria. Tapi mau bagaimana lagi. Sekali lagi itu sedah sifat manusia yang merasa kurang dan tak menghargai.

Bagi si pria tak usah larut dalam kesedihan. Seharusnya si pria senang bahagia sudah bisa atau menjadi orang yang bermanfaat buat orang lain. Kalau berfikiran dimanfaat kan maka kita akan selalu sedih terus. Ciptakan suasana dimana kita pernah bermanfaat atau punya jasa terhadap orang lain.

Sekian opini dari saya. Mohon maaf jika ada yang merasa tersindir atau bagaimana.

Sawang Sinawang (Bahagia itu Relatif)

Sawang sinawang.....
Kata dari bahasa jawa yang mungkin menurut saya artinya melihat dilihat.
Melihat atau sawang termasuk kegiatan aktif yang dilakukan oleh mata untuk melihat objek diluar diri mereka atau bisa juga melihat diri sendiri. Tapi kebanyakan untuk melihat objek di luar diri sendiri.
Sedangkan, sinawang mungkin artinya dilihat. Kita dilihat oleh orang lain. Kita yang pasif sedangkan orang lain aktif melihat kita.

Kenapa ya saya posting tentang masalah melihat dan dilihat?
Cuma sebatas ingin berbagi opini saja.

Judul ini terinspirasi dari teman SMA saya. Asyik-asyik ngobrolin tentang kehidupan dia , aku dan orang lain akhirnya muncul kata-kata sawang sinawang.

Memang hidup ini ada senang ada sedih nya, ada susah ada mudah, ada enak dan tidak enak, dll.
Sejatinya apa yang kita peroleh, apa yang kita dapat kan semua dari Allah yang seharunya kita syukuri. 

Ketika kita melihat orang lain mungkin yang berlimpah harta dan uang tapi apakah sejatinya dia merasakan bahagia?
Kita tidak tahu selama kita tidak bertanya langsung kepada yang bersangkutan. Mungkin kita akan iri sebagai manusia normal jika melihat teman kita atau orang lain hidup enak tidak susah semua serba kecukupan bahkan berlebihan. Tapi kita tidak tahu dibalik keenakan, kecukupan atau melimahnya harta sudah bikin dia bahagia seperti yang kita lihat.
Belum tentu dia bahagia. Mungkin klo boleh milih dia inin hidup seperti kita yang melihat dia bahagia. Sebagai contoh teman saya yang kerja di suatu kontraktor BUMN.

Kalau kita lihat dari sisi kita maka kita akan merasa bahwa dia bahagia. Dengan gaji yang besar, tunjangan yang cukup masih single apa yang tidak bisa dibeli. Serasa semua bisa dibeli.
Tapi apa dari diri dia merasakan ketidak nyamanan, ketidak bahagiaan hidup sebenarnya.
Buat apa uang banyak melimpah klo tidak punya waktu untuk menggunakannya. Serasa sia-sia kita punya uang banyak tapi tak punya waktu untuk bermain, berkumpul dengan keluarga.
Apalagi anak muda single dengan uang yang banyak maka banyak godaan yng datang. Dari diajak teman sekantor untuk bersenang-senang, karaokean, pergi ke tempat-tempat hiburan malam yang banyak godaan imannya.

Kalau semua bertolak belakang dengan kemauan kita bukan kah itu sebuah ketidaknyamanan. Terus dimana fungsi uang saat itu. Tidak ada. Kebahagiaan sejati muncul dari hati bukan dari uang. Uang hanya bisa membuat kita bahagia sejenak. Kalau oleh memilih mungkin eman saya akan pilih sebagai anda yang berpenghasilan pas-pas an tapi bisa kumpul dengan keluarga bisa menikmati hidup diluar tekanan kerja.

Itulah sedikit opini saya. Kuncinya pandai lah kita bersyukur atas nikmat Nya dan percaya apa yang telah diberikan itu yang terbaik dan ikhlas mejalaninya. Aamiin.